Sabtu, 12 Februari 2011

Profil Kabupaten Banggai Kepulauan


Kabupaten Banggai Kepulauan adalah salah satu kabupaten di provinsi Sulawesi Tengah, Indonesia. Ibu kota kabupaten ini terletak di Salakan. Kabupaten ini memiliki luas wilayah daratan 3.160,46 km² dan wilayah laut 18.828,10 km² serta berpenduduk sebanyak 158.617 jiwa (2009).


Secara administratif, Kabupaten Banggai Kepulauan terdiri dari 19 kecamatan, 6 kelurahan dan 187 desa yang terdiri atas 342 pulau dengan 5 pulau sedang, yakni Pulau Peleng (luas 2.340 km²), Pulau Banggai (268 km²), Pulau Bangkurung (145 km²), Pulau Salue Besar (84 km²), Pulau Labobo (80 km²) dan 337 pulau-pulau kecil. Panjang pantai 1.714,218 Km.

Kabupaten Banggai Kepulauan terbentuk dari hasil pemekaran berdasarkan UU No. 51 tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Buol, Kabupaten Morowali dan Kabupaten Banggai Kepulauan serta diresmikan tanggal 3 November 1999.

Sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Banggai_Kepulauan 


Kabupaten Banggai Kepulauan merupakan salah satu kabupaten di provinsi Sulawesi Tengah yang beribukota di Banggai ini memiliki luas wilayah 3.160,46 km (darat) dan 18.828,10 km (laut) yang terbagai menjadi 9 Kecamatan dan berbatasan langsung dengan Teluk Tomini di sebelah utara, Teluk Tolo di sebelah selatan, Selat Peling di sebelah barat, serta Laut Maluku di sebelah timur. Sebagai wilayah kepulauan, laut menjadi bagian kehidupan sehari-hari yanng selalu dan harus digeluti, karena disanalah terdapat potensi dan kekayaan alam yang pantas diolah dan diusahakan sebagai penopang kehidupan penduduk Bangkep (Banggai Kepulauan).


Banggai Kepulauan bergantung pada sektro pertanian, termasuk di dalamya perikanan, lebih dari separuh penduduknya hidup dari sektor ini. Ikan Kerapu hidup merupakan primadona tangkapan nelayan, kerapu macan lebih murah dibandingkan kerapu tikus dan yang termahal ikan napoleon. Selain ikan segar Bangkep juga di kenal akan cumi-cumi keringnya yang sebagian besar dikirim ke Jawa. Selain perikanan, potensi lain yang ada di Kabupaten Bangkep ini meliputi perkebunan dan tanaman bahan pangan. Andalan perkebunan wilayah ini adalah kelapa, cengkeh, kakao, dan jambu mete yang dihsilkan hampir diseluruh kecamatan.


Karena di Bangkep belum ada industri pengolahan yang mampu meyerap hasil perkebunan ini, petani memasarkannya dalam bentuk apa adanya ke luar Bangkep.Seperti halnya kelapa setelah dikeringkan dalam bentuk kopra dikirim ke Luwuk, ibukota Kabupaten Banggai, di kabupaten induk ini terdapat pabrik minyak goreng yang membutuhkan bahan baku kopra sebagian juga dikirim ke Surabaya untuk keperluan yang sama sedangkan jambu mete sebagian besar dibeli oleh para pedangang dari Pulau Jawa.

Lihat Peta Lebih Besar
Meskipun sumbangan tanaman bahan pangan wilayah ini terhadap perekonomian Bangkep cukup berarti, nmaun untuk mencukupi kebutuhan pangan terutama beras Bangkep masih harus mendatangkan dari luar. Sebagai wilayah kepulauan angkutan laut jelas sangat dibutuhkan, aplaagi tersedianya kapal-kapal besar yang dibisa mengangkut hasil bumi ke provinsi atau pulau lain.

Sumber :
http://regionalinvestment.com/newsipid/id/displayprofil.php?ia=7201

Sumber Gambar:

http://www.palu.bpk.go.id/?page_id=292
http://dpmpat082.blogspot.com/2008/09/banggai-kepulauan.html

Sejarah Singkat Banggai Kepulauan

Secara historis Banggai Kepulauan adalah merupakan bagian dari Kerajaan Banggai yang sudah dikenal sejak abad 13 Masehi sebagaimana termuat dalam buku Negara Kertagama yang ditulis oleh Pujangga Besar Empu Prapanca pada tahun Saka 1478 atau 1365 Masehi.

Keraton Raja Banggai


Lokasi keraton terdapat di tengah kota Banggai, ibukota Kabupaten Banggai Kepulauan dimana di dalamnya terdapat keris kerajaan, payung kerajaan, alat musik kulintang dan pakaian kebesaran raja.

Kerajaan Banggai diperkirakan berdiri pada abad ke 13 tahun saka 1478 atau tahun 1365 Masehi. Kerajaan mi berada di bawah pengaruh Kesultanan Ternate di Maluku Utara. Bentuk bangunan keraton menyerupai keraton keraton yang ada di Tidore dan Ternate karena hubungan historis. Kerajaan Banggai dikenal sebagai kerajaan yang paling demokratis di dunia, karena tidak mengenal putra mahkota atau ahli waris. Siapa pun bisa diangkat sebagai raja atas keputusan Basalo Sangkep. Basalo Sangkep berfungsi sebagai Majelis Permusyawaratan Rakyat atau wakil rakyat.

Kerajaan Banggai juga memiliki bendera berwarna merah putih bersusun 13. Bendera in merupakan warisan rumpun keramat Paisutobui.

Sumber :
http://disbudpar.sulteng.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=82:keraton-raja-banggai-kabupaten-banggai-kepulauan&catid=55:banggai-kepulauan&Itemid=125

Pelabuhan Banggai Kepulauan

Bila menyebut kata mutiara, agaknya pikiran langsung tertuju ke wilayah ujung propinsi Sulawesi Tengah, tepatnya di Kabupaten Banggai Kepulauan. Karena sejak masa kolonialisme Jepang, daereh ini sudah dikenal sebagai penghasil mutiara terbesar. Tapi tahukah Anda kalau Bangkep (Banggai Kepulauan) tak sekedar punya mutiara. Ada ‘mutiara-mutiara’ lain yang nilai ekonomisnya tak kalah dengan mutiara sungguhan.

Perjalanan Tak Terlupakan Ke Pulau Banggai

Dua tahun yang lalu saya mendapatkan kesempatan melakukan perjalanan ke Sulawesi Tengah, tepatnya ke Kabupaten Banggai Kepulauan (Bangkep) untuk kepentingan pekerjaan -survei air bersih-, namun tentu saja kesempatan seperti itu tidak dapat dilewatkan untuk sekaligus menikmati keindahan alam kita.


Untuk mencapai Bangkep perlu menggunakan berbagai jenis transportasi. Rute perjalanan saya diawali dengan terbang dari Bandara Soekarno-Hatta menuju Makasar, dari Makasar dilanjutkan dengan penerbangan ke Kota Luwuk pada sore hari. Tapi, perjalanan tidak selancar yang saya bayangkan.

Ubi Langka dari Banggai Kepulauan

Ubi ini bentuknya mirip ubi jalar dan ubi kayu, pun rasanya juga campuran antara keduanya. Ukurannya juga termasuk jumbo alias besar banget. Paling enak digoreng makan dengan sambal ditemani secangkir kopi. Meski cukup enak dan berpotensi dikembangkan secara luas, namun masih belum banyak orang mengenalnya.

Pulau Peling, Mutiara di Banggai Kepulauan

Tidak banyak orang mengenal nama Pulau Peling. Padahal, mutiara di Kabupaten Banggai Kepulauan, Sulawesi Tengah, itu menyimpan pesona alam yang luar biasa. Masalah transportasi masih menjadi hambatan untuk menjangkau pulau kecil itu.

Paling tidak dibutuhkan waktu selama tiga jam, untuk mendapati pesona mutiara di Kepulauan Banggai itu dari Pelabuhan Luwuk, dengan menumpang kapal Aldus. Kapal itu tidak terlalu besar. Jadi, bersiap-siaplah berdesak-desakan dengan penumpang lain sambil disirami angin laut dari luar kapal.